Kamis, 16 Oktober 2014

Trip to Jogja to love Indonesian Culture part III (Monumen Jogja Kembali)

Monumen Jogja Kembali/ Monjali merupakan salah satu dari banyak ikon wisata sejarah di Jogjakarta. Belakangan saya tahu bahwa Monjali dibangun pada 29 Juni 1985. Ya, sesuai dengan namanya monumen ini bertujuan mengenang peristiwa perebutan kembali kota Jogjakarta dari tangan Belanda yang kita tahu dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Monjali terletak di jalan lingkar utara (ring road utara), di Kelurahan Jongkang, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Dengan posisi yang strategis ini Monjali dapat diakses dari manapun baik dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
pintu utama Monjali
        Monumen Jogja Kembali ini berbentuk bangunan berbentuk kerucut yang menjulang tinggi (bagi temen2 yang sekolah di IPDN, dari jauh bangunan ini mirip dengan gerbang utama IPDN). Terdiri dari 3 (tiga lantai) yang dapat diakses dari 4 pintu utama. Pintu depan dan belakang mengakses langsung ke lantai dua, dan dua pintu disamping mengakses ke lantai satu. Sebelum memasuki gedung Monjali kita dapat melihat tembok besar tepat di depan pintu utama Monjali yang bertuliskan nama-nama pahlawan yang berjuang merebut Jogjakarta. Sedang di pintu masuk taman wisata dipajang merium bergerak yang dulu digunakan dalam serangan umum 1 Maret 1949.
nama-nama pahlawan serangan umum 1 maret 1949

batu pahat perewmian Monjali oleh Presiden Soeharto
          Memasuki Monjali, ada baiknya kita melewati pintu samping, jadi kita akan masuk dahulu ke lantai pertama. Di lantai 1 ini kita dapat menyaksikan berbagai peninggalan sejarah, mulai dari tandu Panglima Besar Jend. Sudirman, Meja kerja Sultan Hamengku Buwono, Meja kerja Sri Sultan Paku Alam, senjata zaman itu, lukisan serta diorama dapur umum dan banyak hal menarik dengan penjelasan historiknya. Pada lantai 1 terbagi dalam 4 ruang museum yang masing2 diberinama museum 1 hingga museum 4. Di ruangan ini kita akan benar2 merasakan nuansa historik dari peristiwa bersejarah di Jogja.
diorama pakaian pejuang di lantai 1
          Kemudian dengan menggunakan lift kita menuju ke lantai 2. Di lantai 2 berisi dengan puluhan diorama yang mengisahkan tentang direbutnya Kota Jogja oleh Belanda hingga berhasil direbut kembali oleh pejuang-pejuang kita. Diorama Presiden Soekarno yang berunding dengan Moh. Hatta dan Jenderal Sudirman di dalam ruangannya menjadi pemandangan yang menarik, seolah olah membawa kita larut kedalam pertemuan penting itu. Pengasingan Presiden Soekarno dan Bung Hatta ke luar Jawa hingga Perjanjian roem roeyen disajikan dengan nuansa yang sangat bernuansa sejarah, semua dibuat seolah olah asli. 
diorama suasana perundingan di ruang Presiden Soekarno
     Selepas berkeliling di lantai dua akan semakin terasa nuansa heroik yang membuat kita seolah olah hanyut dalam perjuangan perebutan kembali Kota Jogjakarta. Serangan umumnya dipimpin oleh Letkol Soeharto. Selanjutnya kita menuju kelantai 3, aksesnya bisa dengan lift bisa juga dengan mendaki anak tangga. Dilantai tiga merupakan ruang perenungan dan ruang berdoa untuk para pahlawan. Sumpah, suasananya bikin merinding. Dalam ruang ini hanya berisi satu tiang bendera merah putih yang tepat diatasnya adalah sumber cahaya dari luar, kesannya keren banget. Disamping kanan kiri adalah pahatan kepalan tangan pejuang di sebelah kiri dan tangan yang memegang pena di sisi sebelah kanan. Sedangkan tepat diujung berisi pesan yang ditulis di atas keramik. Disini kita diberi kesempatan untuk merenung setelah melihat dan menyaksikan perjuangan pahlawan di lantai 1 dan 2. Ini ruangannya cocok banget buat merenung, bisa nangis kalo daritadi bener2 menghayati perjuangan para pahlawan kita. Membuat kita berfikir untuk berbuat lebih banyak demi Indonesia dan demi pahlawan2 kita tentunya. keren.
tiang bendera di ruang perenungan
         Kawasan Monjali sendiri disamping wisata sejarah juga menawarkan keindahan lampion-lampion yang ramai di malam hari. Lebih dikenal sebagai taman Pelangi. Tapi kalau kita kesananya malam, kita ga bisa akses ke gedung monumen, hanya untuk kongkow dan nikmatin jajanan aja. Oiya, akses ke monumen untuk siang hari cuma Rp. 10.000,-, ini ga ada apa2nya dengan sejarah yang disajikan. ga bakal nyesel deh kesini.

Rabu, 15 Oktober 2014

Trip to Jogja to love Indonesian Culture part II (Prambanan)

tiket masuk Prambanan Temple

Heh hoh... di Part I  kita ngomongin seputaran Keraton alias ngomongin masalah zaman kerajaan di indonesia (Negeri yang indah ini reg.) Nah, sekarang kita lanjut <tepatnya mundur> ke zaman megalitikum, tempat yang cocok adalah Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia. 
candi yang berisi kendaraan Dewa Brahma
Prambanan merupakan kompleks candi yang sangat luas di D.I. Yogyakarta. Candi yang ditampilkan diatas adalah kelompok candi Rorojonggrang. Di dalam kawasan wisata ini khususnya di wilayah belakang masih terdapat beberapa candi lagi seperti candi Sewu yang terkenal dengan legenda Rorojonggrang, candi Bubrah dan beberapa candi kecil. Untuk masuk kawasan wisata candi ini kita harus membayar senilai Rp. 35.000,- harga yang murah untuk berbagai macam wisata yang disediakan. Letak kompleks candi ini sendiri dari pusat kota Jogjakarta sekitar 30 menit dapat ditempuh dengan kendaraan umum karena letaknya di jalan lintas Jogja-Solo.
relief candi
      Panorama yang ditampilkan di tempat ini sangat Elegan, candi prambanan merupakan candi yang ditetapkan sebagai World heritage (Warisan Dunia) oleh UNESCO. Ketika berada di area candi Prambanan, ada hal lain yang saya rasakan selain rasa kagum akan keindahannya. Besarnya batu-batu yang disusun bertumpuk sampai setinggi 47 meter (paling tinggi) untuk candi Siwagrha (Rumah Siwa) dan. Bayangin aja, pada zaman segitu manusia udah bisa buat patung batu setinggi 3 meter dan nyusun batu kotak-kotak segedhe itu sampe ketinggian 47 meter tanpa LEM. Jadi sebenarnya orang-orang Indonesia pada dulunya adalah orang-orang hebat dengan kebudayaan yang sangat maju bahkan tempat seperti Machu Pichu di Peru pun di Indonesia telah ditemukan (baca Gunung Padang, Cianjur).
keren kan epic nya
       Ketika awal ditemukan sebenarnya candi Prambanan dalam keadaan roboh yang diperkirakan karena gempa bumi, dan berhasil di pugar oleh para Arkeolog. Di belakang candi Prambanan, kita akan menjumpai taman dan persewaan sepeda untuk berkeliling kompleks candi (maklum, luas banget, cape kalo jalan kaki). Sewa sepeda cukup dengan Rp. 10.000,- dan Rp20.000,- untuk sepeda dobel. Dengan sepeda kita bisa menuju candi Sewu dan candi Bubrah.
Patung Wisnu (kalo ga kliru)

       Disebelah tengah terdapat bangunan dengan desain klasik yang ternyata adalah Museum Prambanan. Dimuseum ini kita akan mendapati berbagai patung bagian dari candi Prambanan yang memang sengaja di tempatkan dimuseum untuk edukasi. Patung dewa Siwa setinggi 3 meter yang merupakan penghuni utama candi Prambanan disimpan ditempat ini. Fosil kepala kerbau (bekas sesaji), uang zaman itu, berbagai peralatan dari emas, foto kisah prambanan dan lain sebagainya. POkoknya edukatif banget di dalam ruangan ini. Ada juga ruang audio visual yang menggambarkan cerita pewayangan terkait asal-usul candi. Wisata disini ga bakal nyesel deh, tempatnya ga kampungan, terus edukatif banget. Ditambah kalo kita mau sedikit merenung tentang sejarah di tempat ini, lu lu orang bakal makin cinta dan ga rela Indonesia dibilang kalah dengan negara lain, itu bener!!! dan Indpnesia ga bisa dibandingkan dengan negara-negara ecek-ecek yang sejarahnya gitu gitu aja, kita adalah bangsa besar kawan, mari bentangkan sayap Indonesia!!!

Trip to Jogja to love Indonesian Culture part I (Keraton-Rumah Batik)

INDONESIA itu, , , , ,

yup, silahkan diisi,,,
Ini adalah perjalanan yang semakin menggugah hati saya, ya, sangat menggugah. -YOGYAKARTA- mungkin sempat penasaran kenapa daerah ini disebut daerah istimewa. Tentunya jawabannya karena daerah ini mempunyai budaya yang tetap bertahan hingga kini, namun apa cuma karena itu? berbekal rasa penasaran yang lama saya pendam (ciee..) saya bulatkan tekad untuk harus mengunjungi tempat ini, hingga akhirnya kesempatan itu datang dengan segala biayanya,, haha (lol)
Dirangkaikan dengan Dinas Luar atas perintah kantor dan dengan panduan seorang teman sebut saja Gombes, perjalanan saya untuk mengenal lebih jauh Yogya dan mencintai lebih dalam Indonesia akhirnya dimulai. Sampai di Jogja, hal pertama yang saya lakukan :
  1. Menulis semua tempat wisata (baik alam maupun budaya) dalam satu daftar
  2. Merangkai rute (dengan bantuan google map
  3. Menetapkan prioritas tempat mana yang mesti didahulukan (mengingat keberadaan saya di Jogja cuma sehari semalem)
  4. Menjalankan misi sesuai dengan rencana (haha) :D
Setelah lama mikir, dengan pertimbangan Gombes sebagai guide dan google map sebagai informan jarak tempuh, saya menetapka opsi seperti ini ni
  • Keraton Jogjakarta + Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan'
  • Museum Kereta kerajaan
  • Candi Prambanan
  • Gunung Api Purba Nglanggeran
  • Tugu dan Malioboro
  • Monjali
  • Kuliner
Yup,let's start the journey...
      Sesuai dengan rencana, tempat pertama yang kami kunjungi di Jogja adalah keraton Jogja. kesan pertama melihat keraton, ga ada yang spesial sampe akhirnya kami masuk dengan tiket Rp. 10.000,-. Banyak wisatawan Domestik maupun Mancanegara di keraton ini. Awalnya saya kira keraton ini masih digunakan dan Sri Sultan ada di dalam, ternyata yang kami masuki adalah Pendopo Keraton. Bangunan ini masih terawat dengan baik, beberapa gedung dimanfaatkan sebagai museum kerajaan. Isinya ya tentang foto-foto Sultan, Gamelan, Diorama tarian-tarian kesultanan, ayam peliharaan Sultan, dan berbagai benda sebagai kenangan sejarah keraton.
patung abdi dalem/pekerja keraton
      Dengan menikmati isi dari bangunan pendopo keraton ini, akan memberikan makna bagi kita betapa agungnya kehidupan keraton dan kerajaan-kerajaan zaman dahulu. Masyarakat sangat menghargai akan keberadaan Sultan, mereka menghargai pemimpinnya, bandingkan dengan keadaan Indonesia sekarang, pemimpin sangat tidak mempunyai wibawa dimata masyarakat, bukan karena pemimpinnya, tapi karena masyarakatnya yang mudah menilai dan pandai berkomentar *point 1
        Selesai melihat-lihat isi pendopo keraton, kita bisa menggunakan jasa becak yang berjajar di depan gerbang pendopo untuk menuju Museum Kereta, Pusat Pembuatan Batik, Pusat Produksi kaos dagadu, dan Pusat oleh2 Pia khas Jogja hanya dengan Rp. 10.000,-. Sebenarnya tempat-tempat tersebut letaknya berdekatan, namun dengan menggunakan becak, semakin menambah syahdunya jalan-jalan di kota Jogja,, :D 
selfie dalam becak, hoho
Memasuki museum Kereta, kita akan disuguhi sejumlah kira-kira 22 unit. Kereta ini terdiri dari berbagai macam kegunaan. Kereta-kereta ini merupakan warisan dari Sultan HB I sampai Sultan yang sekarang, dan seiring perkembangan zaman, kereta sudah berganti dengan mobil. Namun demikian, dalam setiap acara2 Kesultanan Kereta ini tetap digunakan. Ada kereta untuk mengangkut penari-penari Keraton, Kereta untuk mengangkut jenazah Sultan, untuk acara Pernikahan Putri Keraton, dan masih banyak lagi kegunaan yang lain. Dan hebatnya lagi, semua kereta tadi berfungsi dengan baik. Oiya, untuk dapat masuk ke dalam museum Kereta, kita hanya butuh merogoh kocek senilai Rp. 5.000,-, murah kan untuk dapat menikmati kereta sakral sultan,, hehe
ruang kereta

kereta yang mengangkut jenazah Sultan HB IX

miniatur kuda penarik kereta

kereta :lupa namanya :D

         Selanjutnya, tetap dengan becak yang tadi (yang setia nunggu daritadi yang kita bayar 10rb itu

Senin, 06 Oktober 2014

off road to B-29

PESONA B-29
(Solo touring at Idul Adha moment)

Huh hah, finally. Luar biasa banget senengnya+capeknya. Ini adalah perjalanan kedua saya mencoba menginjakkan kaki di puncak B-29 setelah sebelumnya gagal pada bulan Januari lalu. baca#puncak b-29.  Selayaknya orang yang haus akan keindahan alam, kegagalan itu menjadi pembakar hasrat untuk harus mencapai puncak B-29 ini. Setelah berbulan-bulan menanti momen ini, akhirnya hari minggu tgl 5 Oktober kemarin ditemani motor Monstrec (trail pinjeman pakde) dan seekor manusia bernama Abdi, kami berdua dapat mencapai puncak B-29 yang akhir2 ini lagi booming di kalangan penikmat wisata alam dan off road. Tulisan sodara Veri Puji baca disini selaku rekan saya memberi sedikit gambaran tentang perjalanan kesana.

Berangkat dari rumah sekitar pukul 09.00 WIB kami berbekal lontong (nasi gulung daun pisang) kebetulan pas momen Idul Adha lengkap dengan sayur lodeh dan beberapa potong ayam+telur sebagai bekal. Berbekal pengetahuan bulan Januari, kami pikir jalan menuju kawasan di Desa Argosari tersebut tidak banyak berubah, berliku dan menanjak namun tidak memberi masalah, apalagi kali ini motor yang kami gunakan adalah jenis Trial off road, jadi memang sudah siap dengan kondisi jalan yang mungkin terbilang sulit. Di kawasan Senduro sendiri sudah sangat kenamaan dengan berbagai wisaa alamnya mulai dari gunug Bromo, Pendakian Semeru, Ranu-ranu dan Pura Agung. Untuk menuju wisata di atas awan*nama lain B-29, kita akan melewati jalan yang berbeda ketika manuju ke Ranu Pani atau Pendakian Semeru. Jalan yang diambil adalah jalan lurus menuju Pura Mandhara Giri.

dari sinilah perjalan terasa dimulai, pertama-tama kita melewati Pura Agung dan selanjutnya memasuki wilayah Desa Kandang Tepus. di Desa inilah susu sapi berkualitas untuk merk Nestle dihasilkan. Melewati Desa Kandang tepus kita akan bertemu pertigaan yang keduanya nanti bermuara pada jalan yang sama menuju B-29. Saran saya temen2 sebaiknya mengambil jalan yang lurus (tidak usah belok kanan) karena jalan yang lurus kondisinya baik, tidak rusak seperti kalo kita ambil jalan ke arah kanan. Nanti temen2 akan menjumpai pasar sayur, yang kemudian ambil arah ke kiri.

Sekitar 4-5 kilo kondisi jalan dapat dikatan baik. Sedikit-demi sedikit pesona alam pegunungan akan terasa ketika temen2 mendekati pintu masuk desa Argosari. Di sebelah kanan dan kiri kita adalah hutan dan tanah yang di kelola petani sayur setempat. Tanah pertanian ini terbilang ekstrim dengan kemiringan yang sangat terjal. Perjalanan dilanjutkan sampai menemui pertigaan Desa Argosari. dalam tulisan Sodara Very Puji *baca disini kita akan mendapat rekomendasi memilih jalan yang mengarah ke kanan, ini dengan pertimbangan bahwa jalan tersebut lebih landai dan kondisinya yang beraspal, cocok untuk temen2 yang suka jalan nyaman.

Namun jika temen2 membawa kendaraan off road seperti yang saya gunakan, pilihan yang direkomendasikan adalah -jalan lurus-. Jalan ini sangat terjal, akan tetapi lebih dekat dibanding jalan yang pertama. Kemiringan jalan mencapai lebih dari 60 derajat. Disamping itu kondisi jalan ini untuk musim kemarau seperti sekarang sangat berdeb karena tidak beraspal, sedikit jalan yang di lapisi batu untuk mengeraskan jalan, sedikit lainnya dibeton namun sekitar 80% adalah jalan tanah yang berdebu tebal dan pasti sangat licin dikala musim hujan. Disepanjang jalan yang menanjak di daerah ini, terdapat puluhan tukang ojek yang siap mengantar temen2 apabila ditengah jalan kendaraan temen2 mendapat masalah. Tenang, untuk bisa menggunakan jasa -Tukang Ojek- disini, temen2 hanya butuhn merogoh kocek sebesar Rp. 70.000,- untuk perjalanan pulang pergi (PP). Itu saya rasa harga yang cukup murah mengingat jarak dan kondisi jalan yang sangat unrecommended bagi kendaraan standar. Bahkan jika mau dihitung-hitung, mending pake jasa ojek 70rb ketimbang kita mesti servis motor beratus ratus ribu sepulang liburan kesana hehe. Bagi temen2 yang menggunakan kendaraan roda 4, nanti bisa diparkir di rumah warga kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki atau menggunakan jasa ojek, karena kendaraan roda 4 tidak bisa memasuki jalan menuju puncak B-29.

Memasuki jalan yang dipenuhi tukang ojek, disinilah surganya temen2 off roader tentunya. Kondisi jalan sangat mengerikan dilengkapi dengan tebaran debu2 halus yang sangat tebal. Panjang jalanan

Kamis, 02 Oktober 2014

REFORMASI BIROKRASI

DEWASA DENGAN DEMOKRASI YANG BELUM DEWASA?



      Kamis, 2 oktober 2014. Masih tetap dengan kisah heboh belakangan ini tentang carut marut di meja Parlemen. Pasca kemenangan Presiden terpilih Jokowi dan Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla, ternyata ketegangannya tidak berakhir disitu. Dengan dibentuknya Koalisi Merah Putih yang bersifat permanen, yang menurut ketua koalisi "Prabowo" adalah bertujuan untuk mengimbangi pemerintahan yang dipimpin Jokowi-JK. Ternyata itu bukan sekedar omong kosong belaka, terbukti dengan ditetapkannya UU MD3, UU Pilkada, dan terpilihnya Ketua dan Wakil Ketua DPR merupakan suatu hatrick bagi Koalisi Merah Putih. 
    Atas dasar kejadian ini, berbagai persepsi dalam masyarakat muncul bebarengan dengan pemberitaan media yang terkadang berlebihan dan kurang objektif. Mengenai UU Pilkada misalnya, banyak media yang berusaha membuat opini pada masyarakat sehingga UU tersebut disebut-sebut merampas kedaulatan rakyat, dan merupakan manuver politik Koalisi Merah Putih yang kalah dalam pemilihan Presiden bulan lalu. Terkadang pemberitaan yang berlebihan seperti ini perlu mendapat perhatian dari Dewan Pers karena dapat memicu konflik dalam masyarakat. 
       Untuk kasus UU Pilkada misalnya, dalam pemberitaan dikatakan seolah-olah UU tersebut baru dibahas setelah pemilihan Presiden sehingga merupakan aksi balas dendam koalisi yang kalah pemilu. Akan tetapi pada kenyataanya, UU tersenut telah lama digodok oleh Pmerintah (DPR dan Menteri) jauh sebelum pelaksanaan pemilu presiden. Bahkan terkait dengan penghapusan pemilihan Gubernur secara langsung, itu telah dibahas sejak tahun 2013 (waktu itu kebetulan perwakilan Kemendagri ada kunjungan ke kampus dan mengungkapkan itu), namun hal ini tidak pernah dimasukkan/diberitakan secara jelas oleh media. Selain itu, juga tidak pernah dipaparkan naskah akademik RUU Pilkada, sehingga maasyarakat menjadi tahu mengapa sampai ditetapkan seperti itu.
     Pada dasarnya, Negara Indonesia belum dewasa dalam berdemokrasi. Sehingga masih sangat banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaanya. Mengenai demokrasi yang dipaksakan dapat dibaca di Pentagon Trap. Mengenai Pilkada langsung atau tidak langsung pada dasarnya tidak terdapat perselisihan diantara keduanya, bahkan dalam sila ke-4 disebutkan "dalam Permusyawarata/Perwakilan" dan dalam UUD 1945 disebutkan bahwa Kepala daerah dipilih secara demokratis, tidak disebutkan langsung atau tidak langsung, yang menjadi fokus perhatian rakyat (jika mengikuti perkembangan reformasi) seharusnya adalah mekanisme Pra Pilkada yang meliputi Penjaringan dan Penyaringan Calon serta mekanisme pengawasan dan pola pertanggungjawaban Kepala Daerah terpilih, bukan sekedar mengomentari sistem yang baru tanpa berlandaskan pada kondisi dan analisis yang jelas. 
       Mengenai isu bahwa kedaulatan rakyat telah dirampas, seharusnya itu tidak berkembang. Karena dengan UU seperti ini, hak demokrasi rakyat sama sekali tidak dirampas karena tidak bertentangan dengan UUD dan Pancasila. Jika ingin disamakan dengan Negara lain yang menerapkan demokrasi penuh, perlu dikaji kembali apakah Indonesia bisa seperti itu? Bahwa pada dasarnya negara kita tidak butuh sama dengan negara lain untuk maju,
       Ibaratnya, ketika kita ingin membangun sebuah rumah, sedangkan kita tidak mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mewujudkan rumah impian kita, jika dipaksakan mungkin rumah kita akan terwujud, entah dengan rupa dan kenyamanan yang bagaimana bahkan mungkin tidak akan pernah selesai karena kita tidak punya pengetahuan terkait membangun rumah. <kita rugi tenaga, pikiran dan biaya>. bandingkan dengan jika kita menggunakan tenaga tukang bangunan/kontraktor yang sangat menguasai pengetahuan membangun rumah idaman, sudah pasti rumah kita akan terwujud sesuai dengan yang kita ingini dan dengan resiko gagal yang lebih kecil. <mungkin kita akan mengeluarkan biaya lebih, tetapi tidak pada tenaga dan pikiran>. yang menjadi pertimbangan kita hanyalah bagaimana lebih selektif memilih tukang bangunan/kontraktor yang berkualitas dan profesional di bidangnya.
begitupun dengan pelaksanaan demokrasi di negara ini, kita ingin semuanya kita laksanakan sendiri, secara langsung. Padahal pengetahuan kita (pada umunya dari 200juta lebih jiwa) tidak mumpuni, maka yang terjadi adalah demo brutal, perusakan dimana-mana tanpa ada output sama sekali. Tetapi dengan mekanisme perwakilan, demokrasi akan lebih efektif karena berjalan dengan keterwakilan. Tinggal kita perbaiki bagaimana pola keterwakilannya, salah satunya dengan rekruitmen politik yang bersih dan beretika, maka pembiayaan kegiatan bernegara akan lebih murah dan penggunaan anggaran akan lebih optimal (ingat, optimal berbeda dengan maksimal).  
Kejadian akhir-akhir ini bukanlah kesalahan partai A atau B, tetapi pada sistem dan pola perekrutan para wakil rakyat yang ada di parlemen. Mau menyalahkan MPR saat ini, toh yang menempatkan mereka pada posisinya saat ini adalah rakyat (terlepas kamu/aku milih atau ga), adalah blunder mengatak bahwa mereka disana karena suatu ketidak sengajaan, menyalahkan beliau2 saat ini sama saja dengan menyalahkan rakyat, yang berarti menyalahkan sistem pemilihan langsung. :) 
Jika kita sebagai rakyat ingin berbuat sesuatu, maka bukan dengan mengatas namakan sesuatu yang kita anggap benar tanpa dasar, tapi bergeraklah dengan dasar yang benar, yang benar2 terdapat niat untuk bangkit dari keterpurukan. Jangan kita berusaha sama dengan sistem negara maju, karena kita negara berkembang, jangan kita berbuat berlebihan mengatas namakan demokrasi dan HAM (mengolok Presiden, adakah etikanya?) saya bukan orang yang pro denga A atau B, tapi saya ingin kita sama-sama berfikir dengan dasar analisis keilmuan bukan pemberitaan. ::)

SEMANGAT JIWA MUDA, MERDEKA! :D