Kamis, 16 Oktober 2014

Trip to Jogja to love Indonesian Culture part III (Monumen Jogja Kembali)

Monumen Jogja Kembali/ Monjali merupakan salah satu dari banyak ikon wisata sejarah di Jogjakarta. Belakangan saya tahu bahwa Monjali dibangun pada 29 Juni 1985. Ya, sesuai dengan namanya monumen ini bertujuan mengenang peristiwa perebutan kembali kota Jogjakarta dari tangan Belanda yang kita tahu dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Monjali terletak di jalan lingkar utara (ring road utara), di Kelurahan Jongkang, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Dengan posisi yang strategis ini Monjali dapat diakses dari manapun baik dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
pintu utama Monjali
        Monumen Jogja Kembali ini berbentuk bangunan berbentuk kerucut yang menjulang tinggi (bagi temen2 yang sekolah di IPDN, dari jauh bangunan ini mirip dengan gerbang utama IPDN). Terdiri dari 3 (tiga lantai) yang dapat diakses dari 4 pintu utama. Pintu depan dan belakang mengakses langsung ke lantai dua, dan dua pintu disamping mengakses ke lantai satu. Sebelum memasuki gedung Monjali kita dapat melihat tembok besar tepat di depan pintu utama Monjali yang bertuliskan nama-nama pahlawan yang berjuang merebut Jogjakarta. Sedang di pintu masuk taman wisata dipajang merium bergerak yang dulu digunakan dalam serangan umum 1 Maret 1949.
nama-nama pahlawan serangan umum 1 maret 1949

batu pahat perewmian Monjali oleh Presiden Soeharto
          Memasuki Monjali, ada baiknya kita melewati pintu samping, jadi kita akan masuk dahulu ke lantai pertama. Di lantai 1 ini kita dapat menyaksikan berbagai peninggalan sejarah, mulai dari tandu Panglima Besar Jend. Sudirman, Meja kerja Sultan Hamengku Buwono, Meja kerja Sri Sultan Paku Alam, senjata zaman itu, lukisan serta diorama dapur umum dan banyak hal menarik dengan penjelasan historiknya. Pada lantai 1 terbagi dalam 4 ruang museum yang masing2 diberinama museum 1 hingga museum 4. Di ruangan ini kita akan benar2 merasakan nuansa historik dari peristiwa bersejarah di Jogja.
diorama pakaian pejuang di lantai 1
          Kemudian dengan menggunakan lift kita menuju ke lantai 2. Di lantai 2 berisi dengan puluhan diorama yang mengisahkan tentang direbutnya Kota Jogja oleh Belanda hingga berhasil direbut kembali oleh pejuang-pejuang kita. Diorama Presiden Soekarno yang berunding dengan Moh. Hatta dan Jenderal Sudirman di dalam ruangannya menjadi pemandangan yang menarik, seolah olah membawa kita larut kedalam pertemuan penting itu. Pengasingan Presiden Soekarno dan Bung Hatta ke luar Jawa hingga Perjanjian roem roeyen disajikan dengan nuansa yang sangat bernuansa sejarah, semua dibuat seolah olah asli. 
diorama suasana perundingan di ruang Presiden Soekarno
     Selepas berkeliling di lantai dua akan semakin terasa nuansa heroik yang membuat kita seolah olah hanyut dalam perjuangan perebutan kembali Kota Jogjakarta. Serangan umumnya dipimpin oleh Letkol Soeharto. Selanjutnya kita menuju kelantai 3, aksesnya bisa dengan lift bisa juga dengan mendaki anak tangga. Dilantai tiga merupakan ruang perenungan dan ruang berdoa untuk para pahlawan. Sumpah, suasananya bikin merinding. Dalam ruang ini hanya berisi satu tiang bendera merah putih yang tepat diatasnya adalah sumber cahaya dari luar, kesannya keren banget. Disamping kanan kiri adalah pahatan kepalan tangan pejuang di sebelah kiri dan tangan yang memegang pena di sisi sebelah kanan. Sedangkan tepat diujung berisi pesan yang ditulis di atas keramik. Disini kita diberi kesempatan untuk merenung setelah melihat dan menyaksikan perjuangan pahlawan di lantai 1 dan 2. Ini ruangannya cocok banget buat merenung, bisa nangis kalo daritadi bener2 menghayati perjuangan para pahlawan kita. Membuat kita berfikir untuk berbuat lebih banyak demi Indonesia dan demi pahlawan2 kita tentunya. keren.
tiang bendera di ruang perenungan
         Kawasan Monjali sendiri disamping wisata sejarah juga menawarkan keindahan lampion-lampion yang ramai di malam hari. Lebih dikenal sebagai taman Pelangi. Tapi kalau kita kesananya malam, kita ga bisa akses ke gedung monumen, hanya untuk kongkow dan nikmatin jajanan aja. Oiya, akses ke monumen untuk siang hari cuma Rp. 10.000,-, ini ga ada apa2nya dengan sejarah yang disajikan. ga bakal nyesel deh kesini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar