MAK/ IBU/ MAMAK/ UMI
Kalo lagi nganggur
gini bawaannya pengen nulis terus, sok produktif padahal ga penting :D. tapi
semoga goresan di blog ini sedikit memberi manfaat bagi temen2 pembaca terlepas
dari keindahan seninya.
Baik, kali ini mari kita ngobrol sedikit hal tentang Ibu. Ya,
orang tua perempuan yang mengandung kita selama 9 bulan dengan kasih sayang yang
tulus menanti kelahiran sang buah hatinya. Banyak orang-orang bijak berkata
bahwa “kasih ibu itu sepanjang masa, tapi kasih anak sepanjang galah”. Kebayang
kan jauh banget bedanya, kasih sayang anak itu ga ada apa-apanya dibanding
kasih seorang ibu atau sebut saja Mama bagi sebagian temen2.
Berbicara tentang
sosok Ibu bagi saya selalu merupakan hal menarik yang paling saya sukai, entah
karena alasan apa. Ibu saya sendiri sudah wafat sekitar 1 tahun yang lalu,
karena sakit. Sebut saja kanker, suatu penyakit dimana sel darah putih menjadi
predator bagi sel darah merah yang seharusnya dia lindungi. Ini bukan tentang
bagaimana Ibu saya meninggal, tetapi tentang bagaimana kita dalam menghormati
seorang Ibu, orang yang tanpa pamrih menyayangi kita.
Saya sendiri bukan
seorang yang patuh terhadap sosok orang tua perempuan. Selayaknya seorang anak
yang kurang peka terhadap kasih sayang orang tua, dulu saya juga pernah bahkan
mungkin sering menyakiti hati Ibu saya. Sedikit cerita, Ibu saya itu perempuan
yang sangat tegar dan selalu ceria menghadapi tingkah 6 putra beliau yang tidak
jarang berulah. Mungkin saya kurang beruntung karena ketika Ibu saya
meninggalkan dunia ini, saya ga sempat melihat beliau untuk yang terakhir kali
setelah 8 bulan berlalu. Waktu itu saya malah berada di Riau mengikuti proses
pendidikan.
Ga pernah terfikirkan
kalau ternyata perjumpaan dengan beliau 8 bulan yang lalu merupakan perjumpaan
yang terakhir sebelum akhirnya kita ga bisa ketemu lagi selamanya. Masih segar
dalam ingatan saya ya, ketika ikut kegiatan ESQ, mentornya berkata
“bayangkan ketika
pulang rumah kita penuh dengan orang-orang dan ketika kita melihat ternyata ibu
kita sudah terbujur kaku”
Mungkin saya lebih tidak beruntung daripada kata mentor tadi, bahkan saya
tidak sempat melihat dan menghadiri pemakaman ibu saya. But it’s okay, hidup
itu harus tetep move on kan. Saya
anggap itu sebuah goresan wana kehidupan yang melengkapi lukisan hidup saya.
Toh semuanya berjalan dengan begitu saja walaupun terkadang terasa sedikit berbeda
karena tidak ada lagi keceriaan seorang ibu dalam kehidupan kami.
Belakangan saya baru
sadar dan ngrasa ada yang kurang dalam hidup ini. Dulu saaya pikir akan mudah
saja hidup tanpa arahan dan bimbingan seorang ibu, karena semua orang akan
mengalaminya. Tapi ini sangat sulit, mungkin anda pernah melihat ayam yang
kehilangan induknya ketika mereka masih membutuhkan? Ga jauh berbeda dengan
manusia, saya pikir memang sesulit itu. Walaupun di usia yang dibilang udah
dewasa ini, menentukan pilihan tanpa arahan seorang ibu masih tetap menjadi hal
yang sulit.
Oke, tulisan ini bukan
mengajak temen2 terlibat dalam kesedihan yang saya rasakan karena pada dasarnya
saya bukan orang yang peka yang selalu hanyut dalam kesedihan. Tapi tulisan ini
sebagai gambaran sehingga temen2 tidak menyia-nyiakan apabila masih memiliki
kedua orang tua. Sayangi mereka, gali apapun yang dapat dipelajari dari mereka
sehingga suatu saat jika temen2 sudah berpisah dengan Bapak/Ibu, temen2 udah
siap dan dapat menentukan berbagai pilihan dalam hidup ini. Ingat, bahwa
kebersamaan kita denga orang tua tidaklah selamanya, kapanpun kita bisa
berpisah, so don’t waste your time always love your parent.
Adma teguh pambudi
25 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar