Selasa, 31 Desember 2013

ibu

MAK/ IBU/ MAMAK/ UMI
                Kalo lagi nganggur gini bawaannya pengen nulis terus, sok produktif padahal ga penting :D. tapi semoga goresan di blog ini sedikit memberi manfaat bagi temen2 pembaca terlepas dari keindahan seninya.
Baik, kali ini mari kita ngobrol sedikit hal tentang Ibu. Ya, orang tua perempuan yang mengandung kita selama 9 bulan dengan kasih sayang yang tulus menanti kelahiran sang buah hatinya. Banyak orang-orang bijak berkata bahwa “kasih ibu itu sepanjang masa, tapi kasih anak sepanjang galah”. Kebayang kan jauh banget bedanya, kasih sayang anak itu ga ada apa-apanya dibanding kasih seorang ibu atau sebut saja Mama bagi sebagian temen2.
                Berbicara tentang sosok Ibu bagi saya selalu merupakan hal menarik yang paling saya sukai, entah karena alasan apa. Ibu saya sendiri sudah wafat sekitar 1 tahun yang lalu, karena sakit. Sebut saja kanker, suatu penyakit dimana sel darah putih menjadi predator bagi sel darah merah yang seharusnya dia lindungi. Ini bukan tentang bagaimana Ibu saya meninggal, tetapi tentang bagaimana kita dalam menghormati seorang Ibu, orang yang tanpa pamrih menyayangi kita.
                Saya sendiri bukan seorang yang patuh terhadap sosok orang tua perempuan. Selayaknya seorang anak yang kurang peka terhadap kasih sayang orang tua, dulu saya juga pernah bahkan mungkin sering menyakiti hati Ibu saya. Sedikit cerita, Ibu saya itu perempuan yang sangat tegar dan selalu ceria menghadapi tingkah 6 putra beliau yang tidak jarang berulah. Mungkin saya kurang beruntung karena ketika Ibu saya meninggalkan dunia ini, saya ga sempat melihat beliau untuk yang terakhir kali setelah 8 bulan berlalu. Waktu itu saya malah berada di Riau mengikuti proses pendidikan.
                Ga pernah terfikirkan kalau ternyata perjumpaan dengan beliau 8 bulan yang lalu merupakan perjumpaan yang terakhir sebelum akhirnya kita ga bisa ketemu lagi selamanya. Masih segar dalam ingatan saya ya, ketika ikut kegiatan ESQ, mentornya berkata
                “bayangkan ketika pulang rumah kita penuh dengan orang-orang dan ketika kita melihat ternyata ibu kita sudah terbujur kaku”
Mungkin saya lebih tidak beruntung daripada kata mentor tadi, bahkan saya tidak sempat melihat dan menghadiri pemakaman ibu saya. But it’s okay, hidup itu harus tetep move on  kan. Saya anggap itu sebuah goresan wana kehidupan yang melengkapi lukisan hidup saya. Toh semuanya berjalan dengan begitu saja walaupun terkadang terasa sedikit berbeda karena tidak ada lagi keceriaan seorang ibu dalam kehidupan kami.
                Belakangan saya baru sadar dan ngrasa ada yang kurang dalam hidup ini. Dulu saaya pikir akan mudah saja hidup tanpa arahan dan bimbingan seorang ibu, karena semua orang akan mengalaminya. Tapi ini sangat sulit, mungkin anda pernah melihat ayam yang kehilangan induknya ketika mereka masih membutuhkan? Ga jauh berbeda dengan manusia, saya pikir memang sesulit itu. Walaupun di usia yang dibilang udah dewasa ini, menentukan pilihan tanpa arahan seorang ibu masih tetap menjadi hal yang sulit.
                Oke, tulisan ini bukan mengajak temen2 terlibat dalam kesedihan yang saya rasakan karena pada dasarnya saya bukan orang yang peka yang selalu hanyut dalam kesedihan. Tapi tulisan ini sebagai gambaran sehingga temen2 tidak menyia-nyiakan apabila masih memiliki kedua orang tua. Sayangi mereka, gali apapun yang dapat dipelajari dari mereka sehingga suatu saat jika temen2 sudah berpisah dengan Bapak/Ibu, temen2 udah siap dan dapat menentukan berbagai pilihan dalam hidup ini. Ingat, bahwa kebersamaan kita denga orang tua tidaklah selamanya, kapanpun kita bisa berpisah, so don’t waste your time always love your parent.

Adma teguh pambudi
25 Desember 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar