BAB
I
PENDAHULUAN
1.2
Latar
Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang
mempunyai potensi sumber daya alam, terutama dari hasil pertanian. Beberapa
produk pertanian Indonesia dari sub sektor perkebunan berhasil mencapai pasar
internasional. Pisang dan Kopi merupakan salah satu produk pertanian Indonesia
yang sangat digemari oleh masyarakat internasional.
Indonesia merupakan Negara penghasil kopi
terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Produksi kopi Indonesia
mencapai 748 ribu ton per tahun atau sekitar 6,6% dari produksi kopi dunia pada
tahun 2012. Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar (ha) dengan
luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas
lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 ha. Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Mohamad S
Hidayat ketika membuka Seminar dan Pameran Kopi Nusantara 2013 di Plasa Pameran
Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (25/6).
Saat ini, industri pengolahan kopi merupakan salah
satu industri prioritas yang
terus dikembangkan. Untuk mendukung upaya itu, Kementerian Perindustrian telah menyusun Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi.
terus dikembangkan. Untuk mendukung upaya itu, Kementerian Perindustrian telah menyusun Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi.
Produk pertanian selanjutnya
adalah pisang yang saat ini Indonesia berada pada posisi ke tujuh dengan jumlah
produksi 6,3 juta ton per tahun. Indonesia kalah
dengan produksi pisang India yang mencapai 26,2 juta ton per tahun dan Uganda
dengan 10, 5 juta ton (dale). Bahkan, masih tertinggal dengan Filipina dengan 9
Juta ton per tahun. Pola pengelolaan pisang di Indonesia yang sebatas
pekarangan menjadi faktor kecilnya produksi pisang. Di luar negeri, pisang menjadi
salah satu komoditas yang dimanfaatkan. Ini disebabkan pengelolaan pisang
dilakukan dengan sistem pertanian ribuan hektar untuk memproduksi pisang.
Selain soal komoditas, tingginya produksi pisang disebabkan buah ini
menjadi makanan pokok bagi masyarakat tertentu, seperti di Uganda,
Afrika.
Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah
yang produk unggulannya adalah pisang dengan kopi. Seiring dengan tuntutan
pasar terhadap kuantitas dan kualitas produksi kopi dan pisang ini, pemerintah
Kabupaten Lumajang berhasil menciptakan varietas pisang mas Kirana. Pisang mas
Kirana ditetapkan sebagai produk unggulan Kabupaten Lumajang berdasarkan keputusan Bupati Lumajang
No.188.45/408/427.12/2006. Bahkan, Menteri Pertanian melalui surat
keputusannya, No 516/KPTS/SR/.120/12/2005, menyebut pisang itu sebagai varietas
unggulan.
Pemerintah Kabupaten Lumajang
serius menggarap potensi lokal ini. Sesuai dengan Undang-undang nomor 82 tahun
2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani maka sekarang sudah dibentuk
kelompok-kelompok tani sehingga produksi pisang dapat terus ditingkatkan.
Dilihat dari persaingan pasar dunia untuk produksi pisang, Indonesia menempati
posisi ketiga dan dari segi geografis Indonesia mempunyai banyak keuntungan
dalam upaya peningkatan produksi pisang. Keunggulan ini antara lain adanya
iklim yang mendukung,tanah yang subur, dan tersedianya tenaga kerja yang murah
sehingga memungkinkan produksi dilakukan sepanjang tahun (Widi Satintari,
????).
Salah satu kelompok tani yang
dikembangkan di Kabupaten Lumajang adalah kelompok PRIMATANI yang berada di
Kecamatan Pasrujambe. PRIMATANI mencoba memadukan antara pertanian dengan
peternakan. Keterpaduan antara tanaman dan ternak di kebun merupakan salah satu
praktek nyata dalam upaya mewujudkan pertanian yang berkelanjutan.
Seiring dengan perkembangan
pengetahuan dan kemudahan untuk mengakses informasi secara luas tentang
Kesehatan secara alami atau Back to Nature maka petani mulai tertarik untuk
membudidayaka kambing PE sebagai perwujudan dari Program PRIMATANI melalui
Integrasi Kopi, Kambing, dan Pisang,
Ternak kambing PE merupakan komoditas
unggulan dan andalan sumber
pendapatan masyarakat Kawasan PRIMATANI Lumajang. Sumbangan usaha kambing
terhadap pendapatan rumah tangga petani mencapai 28 %. Hampir 95 % petani
mengusahakan ternak kambing dengan kisaran 5 – 10 ekor per KK. Model integrasi
yang dikembangkan berorientasi pada konsep ” Zero waste Production System ”
yaitu seluruh limbah ternak maupun tanaman didaur ulang dan di manfaatkan
kembali ke dalam siklus produksi. Kotoran kambing + batang pisang diproses
menjadi kompos untuk tanaman kopi, Sedangkan kulit kopi diolah menjadi bahan
campuran untuk pembuatan pakan. Bila kompos dari campuran kotoran kambing +
batang pisang tersebut seluruhnya digunakan untuk memupuk tanaman , maka petani
tidak perlu lagi membeli pupuk .
Tanaman pisang juga merupakan
komoditas yang sangat penting bagi petani kopi di kawasan PRIMATANI Lumajang
karena merupakan sumber pendapatan keluarga yang bersifat mingguan maupun
bulanan. Panen hasil pisang bagi petani dapat mendukung terhadap pendapatan
rumah tangga sebesar 40 %, sedangkan jenis pisang yang di budidayakan adalah
jenis pisang Agung Semeru dan Pisang Mas Kirana.
Produktivitas kopi rakyat di Kawasan
PRIMATANI Lumajang sekitar 0,5 – 1,0 kg/ph atau 500 kg/ha. Rendahnya
produktifitas ini dikarenakan kebun rakyat berupa kebun campuran antara lain
tanaman pisang, sengon, manggis, kelapa, langsep dan durian. Usahantani kopi
dari kebun campuran pendapatan yang diperoleh berkisar Rp. 2,5 juta/ha. Hal ini
disebabkan pemupukan menggunakan pupuk kotoran kambing dengan jumlah pemberian
10 kg/ph.
Untuk mendukung Program PRIMATANI
Integrasi Kopi – Kambing – Pisang secara komersial, maka perlu ditumbuh
kembangkan kegiatan Agribisnis di Kawasan Primatani sebagai agribisnis
industrial pedesaan bagi anggota kelompok tani .
1.2
Permasalahan
1.2.1
Identifikasi Masalah di Lokasi Magang
Berdasarkan latar belakang dapat
diidentifikasikan masalah atau hambatan yang paling utama pada awal sejak dilaksanakan Program
Primatani di Pasrujambe Lumajang adalah sebagai berikut:
a. Minimnya infrastruktur seperti
rusaknya akses jalan menuju lokasi pertanian di kawasan PRIMATANI Kecamatan
Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
b. Hujan abu sehingga mengganggu
pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.
c. Letak masing-masing kelompok sangat
berjauhan, sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan penyuluhan terhadap
anggota kelompok tani PRIMATANI.
d. Petani belum menerapkan SPO pisang.
e. Petani masih terikat pada sistem ijon
sehingga nilai penjualan pisang rendah.
f. Penanganan pasca panen masih kurang
baik.
1.2.2
Pembatasan Masalah
Atas dasar identifikasi masalah
tersebut maka pertanyaan penelitian yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini
adalah:
Strategi pengembangan dan peningkatan
hasil produksi kelompok PRIMATANI Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
1.2.3
Rumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah diatas, maka
penulis menggunakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program
PRIMATANI Pasrujambe Kabupaten Lumajang?
2. Apa saja faktor penghambat dalam
pelaksanaan Program PRIMATANI di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang?
3. Sejauh mana andil Pemerintah Kecamatan
dan Kabupaten dalam pembinaan kelompok PRIMATANI?
4. Apa saja yang dilakukan pemerintah
untuk menghilangkan hambatan dalam pelaksanaan program PRIMATANI?
5. Bagaimana hasil (out come) dari pengembangan kelompok PRIMATANI setelah mendapat
pembinaan dari pemerintah?
1.3
Maksud dan Tujuan Magang
1.3.1
Maksud Magang
Berdasarkan dari latar belakang dan
permasalahan yang telah diuraikan diatas, maksud dari pengamatan ini adalah
untuk menjelaskan bagaimana jalan dan proses implementasi Program PRIMATANI di
Kabupaten Lumajang.
1.3.2 Tujuan
Magang
Berdasarkan perumusan masalah diatas,
maka tujuan dari pengamatan ini adalah:
1. Untuk enmgetahui dan menggambarkan
pelaksanaan program Primatani dan apakah program bersangkutan sesuai dengan SOP
yang berlaku.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat implementasi kebijakan program Primatani di Kabupaten Lumajang.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah
dalam pelaksanaan program Primatani di Kabupaten Lumajang.
4. Untuk mengetahui progress atau
perkembangan hasil program Primatani setelah mendapat pembinaan dari pemerintah
Kabupaten Lumajang.
1.4
Kegunaan Magang
1.4.1 Kegunaan
Praktis untuk Lokasi Magang
Adapun kegunaan praktis dari
pengamatan ini adalah sebagai berikut :
a. Merupakan wadah berlatih dan
pembelajaran bagi penulis untuk memperluas wawasan dan pengetahuan berdasarkan
perbandingan teori yang didapat selama pendidikan berlangsung dengan kenyataan
yang terjadi di lapangan kerja ketika melaksanakan magang di daerah.
b.
Bagi
satuan kerja perangkat daerah yang membidangi pengamatan ini dapat membantu
memberikan aspirasi dalam mengupayakan pemberdayaan kelompok tani serta dapat
secara optimal mengelola potensi yang ada untuk meningkatkan produktivitas
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara ekonomi.
1.4.2
Kegunaan Praktis untuk Lembaga
a. Dapat dijadikan bahan referensi untuk
menambah pengetahuan bagi satuan Praja.
b. Dapat memberikan gambaran tentang
situasi dan kondisi daerah Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur.
c. Membantu lembaga untuk menangani
permasalahan seperti ini untuk daerah yang mengalami permasalahan yang serupa.
1.5
Definisi Konsep Obyek yang Diamati dan
Dikaji
Pada penelitian ini menitik beratkan
pada pengamatan tentang kelompok tani di kecamatan Pasrujambe untuk menemukan
masalah dan melihat sejauh mana peran kelompok tani dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Pengertian kelompok menurut Homans
(1950) : “Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain
dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap
orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung”.
Sedangkan nama Tani berasal dari Jawa
(Indonesia), dengan huruf awal T dan terdiri atas 4 huruf. Kata Tani
memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna kehidupannya bercocok tanam,
bisa digunakan untuk nama bayi (nama anak), nama perusahaan, nama merek produk,
nama tempat, dan lain sebagainya.
Dari pngertian tersebut diatas
kemudian Mardikanto (1993) mungemukakan pengertian kelompoktani
adalah:
“Sekumpulan orang-orang tani atau
petani yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupum petani-taruna yang
terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan
kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang
kontaktani”.
Sedangkan
menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan
kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan anggota/petani dalam mengembangkan usahanya.
Kelompok tani Primatani di kecamatan
pasrujambe merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar kesamaan kondisi sosial
dan adanya kemauan untuk meningkatkan kemampuan sehingga produktivitas kelompok
tani ini dapat terus ditingkatkan.
Konsep kesejahteraan dalam istilah
umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana
orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai (Wikipedia).
Peran utama kelompok Primatani pada
dasarnya dikonsepkan untuk menyerap tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas
pertanian sehingga tercapai kondisi masyarakat yang makmur. Disamping itu
program ini juga dapat diharapkan dapat mengurangi tingkat urbanisasi sehingga
tenaga muda dapat lebih berkarya di daerah.
Namun demikian, pelaksanaanya program
Primatani banyak mengalami hambatan yang perlu dicarikan penyelesaian sehingga
dapat berjalan sesuai dengan harapan.
BAB
II
METODE
MAGANG
2.1 Metode Pengumpulan Data Kegiatan Magang
Erliana Hasan (2012:5) mengemukakan bahwa penelitian secara sederhana
adalah aktivitas untuk mengetahui sesuatu, atau dilihat dari metodologi
penelitian adalah aktifitas untuk mengetahui sesuatu secara metodologis yang
dilakukan dengan cara tertentu, artinya bukan sekedar mengetahui tentang apa
yang diketahui saja, melainkan ingin mengetahui penyebab tentang terjadinya
sesuatu itu secara dasariah.
Selanjutnya
menurut Riduwan (2012:3) :
Penelitian dilakukan berangkat
dari masalah. Sedangkan masalah itu merupakan gap atau “kesenjangan” dari apa
yang seharusnya dengan apa yang terjadi, kesenjangan antara rencana dan
pelaksanaan, kesenjangan antara teori dan praktik, dan kesenjangan antara aturan
dengan pelaksanaan. Masalah itu muncul pada ruang, tempat dan waktu tertentu.
Dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah diperlukan suatu desain
penelitian dan metode ilmiah yang sistematis dan mengikuti aturan-aturan yang
berlaku sehingga diperoleh suatu hasil dari penelitian tersebut.
Sugiyono (2012:2) berpendapat bahwa “Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”. Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian tersebut dilandasi
oleh metode keilmuan, yaitu rasional, epiris dan sistematis.
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum
tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan
pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah
data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian
berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya
keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan
berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Pada penyusunan laporan akhir ini, metode yang digunakan adalah metode
eksploratif menggambarkan aspek-aspek yang berkaitan adengan fokus yang diamati
dan dikaji dengan pendekatan induktif. Sesuai dengan peraturan Rektor Institut
Pemerintahan Dalam Negeri Lampiran Ia No. 05 Tahun 2013 tentang Pedoman
Penulisan dan Mekanisme Ujian Laporan akhir serta Skripsi Institut Pemerintahan
Dalam Negeri Tahun Akedemik 2013/2014.
Erliana Hasan (2012:2), mengungkapkan bahwa “Ditinjau dari tujuan, metode
Eksploratif digunakan untuk menggali secara luas tentang sebab akibat atau
hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu”.
Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan induktif.
Menurut Moleong (2013:10) :
Analisis induktif digunkan karena beberapa alasan, pertama,
proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagaimana
terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan
peneliti – responden menjadi eksplisit, dapa dikenal, dan akuntabel. Ketiga,
analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat
keputusan – keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar
lainnya. Keempat, analisis induktif dapat lebih menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan – hubungan. Kelima, analisis induktif dapat
memeperhitungkan nilai – nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur
analitik.
Bacon
dalam Erliana (2012:42) mengajukan tiga prinsip (selanjutnya disebut
prinsip Bacon) untuk mencapai hakekat induktif yang meliputi:
1) Tabulasi/pencatatan
ciri-ciri positif, yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi dalam suatu
kondisi.
2) Tabulasi
dan pencatatan ciri-ciri negative, yaitu pencatatan pada kondisi-kondisi mana
suatu kejadian tidak timbul.
3) Tabulasi
dan pencatatan variasi kondisi yaitu pencatatan ada-tidaknya perubahan
ciri-ciri pada kondisi-kondisi yang berubah-ubah.
Untuk memudahkan pengumpulan data penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Wawancara
(interview)
Nazir (2011:193) mendefinisikan
Wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab
dengan bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan
wawancara.
Pada umumnya
wawancara dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam menurut Erliana (2012:84),
yaitu:
1) Terstruktur
yaitu membuat secara tepat dan terinci semua pernyataan dan urutan penyampean
pertanyaan
2) Semi terstruktur yaitu gabungan pertanyaan yang sudah
ditentukan dengan pertanyaan bebas
3) Tidak terstruktur yaitu
berisi garis besar pertanyaan yang akan diajukan.Ada kebebasan bagi pewawancara
maupun responden
Adapun informan yang akan diwawancarai dalam pelaksanaan
penelitian adalah:
a. Kepala
Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang
b. Camat
Pasrujambe
c. Ketua
kelompok PRIMATANI
2. Dokumentasi
Menurut
Arikunto (2010:274) metode Dokumentasi yaitu:
Mencari data mengenai
hal – hal atau variable yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini tidak begitu sulit, dalam arti
apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode
dokumentasi yang diamati adalah benda
mati.
Dokumen
yang ditelaah akan dilihat dari kantor kecamatan Pasrujambe dan lahan pertanian
kelompok Primatani Kabupaten Lumajang.
2.2 Teknik Analisa Data
Menurut Patton,
1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori,
dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan
analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha
untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
Kegiatan
dalam menganalisis data dilakukan setelah data dikumpulkan dari seluruh sumber
data. Data mentah tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan variabel maupun
jenis responden. Semua masalah harus dicari
sebab-sebab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis.
Fakta-fakta yang mendukung tidak dibiarkan mentah saja, tapi dianalisa secara
cermat.
Menuru Miles and Huberman dalam
Sugiyono (2012:246) menjelaskan bahwa adapun lanagkah-langkah dalam
menganalisis data ada tiga langkah, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/ verificataion.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan
yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Lamanya penelitian berpengaruh terhadap banyaknya jumlah data. Dengan
mereduksi data maka akan didapat gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
dalam pengumpulan data laporan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penyajian data adalah dapat
diperoleh dalam bentuk table sebagai gambaran secara menyeluruh dan dapat
terorganisasikan yang tersusun dalam pola hubungan, sehingga mempermudah dalam
memahami data dan menarik kesimpulan.
3. Conclusing Drawing (Verivication)
Data
yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan dengan menghubungkan dan
membandingkan antara teori yang didapat dengan permasalahan yang ada, namun
permasalahan dimungkinkan akan terus berkembang sejalan dengan penelitian yang
dilakukan. Oleh Karena itu kesimpulan terus diverivikasi sepanjang dilakukannya
penelitian.
2.3 Tempat
dan Waktu Kegiatan Magang
2.3.1
Tempat Magang
Tempat yang dijadikan penulis dalam
melakukan penyusunan laporan akhir sekaligus magang adalah kecamatan pasrujambe
Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur.
2.3.2
Waktu Magang
Sesuai dengan
Kalender Akademik IPDN Tahun Ajaran 2013/2014 kegiatan magang ini dilakukan
selama 30 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar