Sabtu, 12 April 2014

UP/2013 XXI


BAB I
                                           PENDAHULUAN        
1.2      Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang mempunyai potensi sumber daya alam, terutama dari hasil pertanian. Beberapa produk pertanian Indonesia dari sub sektor perkebunan berhasil mencapai pasar internasional. Pisang dan Kopi merupakan salah satu produk pertanian Indonesia yang sangat digemari oleh masyarakat internasional.
Indonesia merupakan Negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Produksi kopi Indonesia mencapai 748 ribu ton per tahun atau sekitar 6,6% dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar (ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta ha dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 ha.  Hal tersebut disampaikan Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat ketika membuka Seminar dan Pameran Kopi Nusantara 2013 di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (25/6).
Saat ini, industri pengolahan kopi merupakan salah satu industri prioritas yang
terus dikembangkan. Untuk mendukung upaya itu, Kementerian Perindustrian telah menyusun Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi.  
Produk pertanian selanjutnya adalah pisang yang saat ini Indonesia berada pada posisi ke tujuh dengan jumlah produksi 6,3 juta ton per tahun. Indonesia kalah dengan produksi pisang India yang mencapai 26,2 juta ton per tahun dan Uganda dengan 10, 5 juta ton (dale). Bahkan, masih tertinggal dengan Filipina dengan 9 Juta ton per tahun. Pola pengelolaan pisang di Indonesia yang sebatas pekarangan menjadi faktor kecilnya produksi pisang. Di luar negeri, pisang menjadi salah satu komoditas yang dimanfaatkan. Ini disebabkan pengelolaan pisang dilakukan dengan sistem pertanian ribuan hektar untuk memproduksi pisang. Selain soal komoditas, tingginya produksi pisang disebabkan buah ini menjadi  makanan pokok bagi masyarakat tertentu, seperti di Uganda, Afrika.
Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah yang produk unggulannya adalah pisang dengan kopi. Seiring dengan tuntutan pasar terhadap kuantitas dan kualitas produksi kopi dan pisang ini, pemerintah Kabupaten Lumajang berhasil menciptakan varietas pisang mas Kirana. Pisang mas Kirana ditetapkan sebagai produk unggulan Kabupaten Lumajang berdasarkan keputusan Bupati Lumajang No.188.45/408/427.12/2006. Bahkan, Menteri Pertanian melalui surat keputusannya, No 516/KPTS/SR/.120/12/2005, menyebut pisang itu sebagai varietas unggulan.
Pemerintah Kabupaten Lumajang serius menggarap potensi lokal ini. Sesuai dengan Undang-undang nomor 82 tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani maka sekarang sudah dibentuk kelompok-kelompok tani sehingga produksi pisang dapat terus ditingkatkan. Dilihat dari persaingan pasar dunia untuk produksi pisang, Indonesia menempati posisi ketiga dan dari segi geografis Indonesia mempunyai banyak keuntungan dalam upaya peningkatan produksi pisang. Keunggulan ini antara lain adanya iklim yang mendukung,tanah yang subur, dan tersedianya tenaga kerja yang murah sehingga memungkinkan produksi dilakukan sepanjang tahun (Widi Satintari, ????).
Salah satu kelompok tani yang dikembangkan di Kabupaten Lumajang adalah kelompok PRIMATANI yang berada di Kecamatan Pasrujambe. PRIMATANI mencoba memadukan antara pertanian dengan peternakan. Keterpaduan antara tanaman dan ternak di kebun merupakan salah satu praktek nyata dalam upaya mewujudkan pertanian yang berkelanjutan.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan kemudahan untuk mengakses informasi secara luas tentang Kesehatan secara alami atau Back to Nature maka petani mulai tertarik untuk membudidayaka kambing PE sebagai perwujudan dari Program PRIMATANI melalui Integrasi Kopi, Kambing, dan Pisang,
Ternak kambing PE merupakan komoditas unggulan dan andalan sumber pendapatan masyarakat Kawasan PRIMATANI Lumajang. Sumbangan usaha kambing terhadap pendapatan rumah tangga petani mencapai 28 %. Hampir 95 % petani mengusahakan ternak kambing dengan kisaran 5 – 10 ekor per KK. Model integrasi yang dikembangkan berorientasi pada konsep ” Zero waste Production System ” yaitu seluruh limbah ternak maupun tanaman didaur ulang dan di manfaatkan kembali ke dalam siklus produksi. Kotoran kambing + batang pisang diproses menjadi kompos untuk tanaman kopi, Sedangkan kulit kopi diolah menjadi bahan campuran untuk pembuatan pakan. Bila kompos dari campuran kotoran kambing + batang pisang tersebut seluruhnya digunakan untuk memupuk tanaman , maka petani tidak perlu lagi membeli pupuk .
Tanaman pisang juga merupakan komoditas yang sangat penting bagi petani kopi di kawasan PRIMATANI Lumajang karena merupakan sumber pendapatan keluarga yang bersifat mingguan maupun bulanan. Panen hasil pisang bagi petani dapat mendukung terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 40 %, sedangkan jenis pisang yang di budidayakan adalah jenis pisang Agung Semeru dan Pisang Mas Kirana.
Produktivitas kopi rakyat di Kawasan PRIMATANI Lumajang sekitar 0,5 – 1,0 kg/ph atau 500 kg/ha. Rendahnya produktifitas ini dikarenakan kebun rakyat berupa kebun campuran antara lain tanaman pisang, sengon, manggis, kelapa, langsep dan durian. Usahantani kopi dari kebun campuran pendapatan yang diperoleh berkisar Rp. 2,5 juta/ha. Hal ini disebabkan pemupukan menggunakan pupuk kotoran kambing dengan jumlah pemberian 10 kg/ph.
Untuk mendukung Program PRIMATANI Integrasi Kopi – Kambing – Pisang secara komersial, maka perlu ditumbuh kembangkan kegiatan Agribisnis di Kawasan Primatani sebagai agribisnis industrial pedesaan bagi anggota kelompok tani .

1.2      Permasalahan
1.2.1    Identifikasi Masalah di Lokasi Magang
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan masalah atau hambatan yang paling utama pada awal sejak dilaksanakan Program Primatani di Pasrujambe Lumajang adalah sebagai berikut:
a.    Minimnya infrastruktur seperti rusaknya akses jalan menuju lokasi pertanian di kawasan PRIMATANI Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
b.    Hujan abu sehingga mengganggu pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.
c.    Letak masing-masing kelompok sangat berjauhan, sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan penyuluhan terhadap anggota kelompok tani PRIMATANI.
d.    Petani belum menerapkan SPO pisang.
e.    Petani masih terikat pada sistem ijon sehingga nilai penjualan pisang rendah.
f.     Penanganan pasca panen masih kurang baik.
1.2.2    Pembatasan Masalah
Atas dasar identifikasi masalah tersebut maka pertanyaan penelitian yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah:
Strategi pengembangan dan peningkatan hasil produksi kelompok PRIMATANI Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang.
1.2.3     Rumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah diatas, maka penulis menggunakan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana pelaksanaan program PRIMATANI Pasrujambe Kabupaten Lumajang?
2.    Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan Program PRIMATANI di Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang?
3.    Sejauh mana andil Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten dalam pembinaan kelompok PRIMATANI?
4.    Apa saja yang dilakukan pemerintah untuk menghilangkan hambatan dalam pelaksanaan program PRIMATANI?
5.    Bagaimana hasil (out come) dari pengembangan kelompok PRIMATANI setelah mendapat pembinaan dari pemerintah?

1.3      Maksud dan Tujuan Magang
1.3.1     Maksud Magang
Berdasarkan dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maksud dari pengamatan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana jalan dan proses implementasi Program PRIMATANI di Kabupaten Lumajang.
1.3.2    Tujuan Magang
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari pengamatan ini adalah:
1.    Untuk enmgetahui dan menggambarkan pelaksanaan program Primatani dan apakah program bersangkutan sesuai dengan SOP yang berlaku.
2.    Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan program Primatani di Kabupaten Lumajang.
3.    Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pelaksanaan program Primatani di Kabupaten Lumajang.
4.    Untuk mengetahui progress atau perkembangan hasil program Primatani setelah mendapat pembinaan dari pemerintah Kabupaten Lumajang.



1.4      Kegunaan Magang
1.4.1     Kegunaan Praktis untuk Lokasi Magang
Adapun kegunaan praktis dari pengamatan ini adalah sebagai berikut :
a.    Merupakan wadah berlatih dan pembelajaran bagi penulis untuk memperluas wawasan dan pengetahuan berdasarkan perbandingan teori yang didapat selama pendidikan berlangsung dengan kenyataan yang terjadi di lapangan kerja ketika melaksanakan magang di daerah.
b.    Bagi satuan kerja perangkat daerah yang membidangi pengamatan ini dapat membantu memberikan aspirasi dalam mengupayakan pemberdayaan kelompok tani serta dapat secara optimal mengelola potensi yang ada untuk meningkatkan produktivitas untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara ekonomi.
1.4.2     Kegunaan Praktis untuk Lembaga
a.    Dapat dijadikan bahan referensi untuk menambah pengetahuan bagi satuan Praja.
b.    Dapat memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi daerah Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur.
c.    Membantu lembaga untuk menangani permasalahan seperti ini untuk daerah yang mengalami permasalahan yang serupa.

1.5      Definisi Konsep Obyek yang Diamati dan Dikaji
Pada penelitian ini menitik beratkan pada pengamatan tentang kelompok tani di kecamatan Pasrujambe untuk menemukan masalah dan melihat sejauh mana peran kelompok tani dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengertian kelompok menurut Homans (1950) : “Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung”.
Sedangkan nama Tani berasal dari Jawa (Indonesia), dengan huruf awal T dan terdiri atas 4 huruf.  Kata Tani memiliki pengertian, definisi, maksud atau makna kehidupannya bercocok tanam, bisa digunakan untuk nama bayi (nama anak), nama perusahaan, nama merek produk, nama tempat, dan lain sebagainya.
Dari pngertian tersebut diatas kemudian Mardikanto (1993) mungemukakan pengertian kelompoktani adalah:
“Sekumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupum petani-taruna yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontaktani”.

Sedangkan menurut Departemen Pertanian (2007), kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan anggota/petani dalam mengembangkan usahanya.
Kelompok tani Primatani di kecamatan pasrujambe merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar kesamaan kondisi sosial dan adanya kemauan untuk meningkatkan kemampuan sehingga produktivitas kelompok tani ini dapat terus ditingkatkan.
Konsep kesejahteraan dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai (Wikipedia).
Peran utama kelompok Primatani pada dasarnya dikonsepkan untuk menyerap tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas pertanian sehingga tercapai kondisi masyarakat yang makmur. Disamping itu program ini juga dapat diharapkan dapat mengurangi tingkat urbanisasi sehingga tenaga muda dapat lebih berkarya di daerah.
Namun demikian, pelaksanaanya program Primatani banyak mengalami hambatan yang perlu dicarikan penyelesaian sehingga dapat berjalan sesuai dengan harapan.




BAB II
METODE MAGANG
2.1  Metode Pengumpulan Data Kegiatan Magang
Erliana Hasan (2012:5) mengemukakan bahwa penelitian secara sederhana adalah aktivitas untuk mengetahui sesuatu, atau dilihat dari metodologi penelitian adalah aktifitas untuk mengetahui sesuatu secara metodologis yang dilakukan dengan cara tertentu, artinya bukan sekedar mengetahui tentang apa yang diketahui saja, melainkan ingin mengetahui penyebab tentang terjadinya sesuatu itu secara dasariah.
Selanjutnya menurut Riduwan (2012:3) :
Penelitian dilakukan berangkat dari masalah. Sedangkan masalah itu merupakan gap atau “kesenjangan” dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, kesenjangan antara rencana dan pelaksanaan, kesenjangan antara teori dan praktik, dan kesenjangan antara aturan dengan pelaksanaan. Masalah itu muncul pada ruang, tempat dan waktu tertentu.
Dalam melakukan penelitian terhadap suatu masalah diperlukan suatu desain penelitian dan metode ilmiah yang sistematis dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu hasil dari penelitian tersebut.
Sugiyono (2012:2) berpendapat bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian tersebut dilandasi oleh metode keilmuan, yaitu rasional, epiris dan sistematis.
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Pada penyusunan laporan akhir ini, metode yang digunakan adalah metode eksploratif menggambarkan aspek-aspek yang berkaitan adengan fokus yang diamati dan dikaji dengan pendekatan induktif. Sesuai dengan peraturan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri Lampiran Ia No. 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Penulisan dan Mekanisme Ujian Laporan akhir serta Skripsi Institut Pemerintahan Dalam Negeri Tahun Akedemik 2013/2014.
Erliana Hasan (2012:2), mengungkapkan bahwa “Ditinjau dari tujuan, metode Eksploratif digunakan untuk menggali secara luas tentang sebab akibat atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu”.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan induktif. Menurut Moleong (2013:10) :
Analisis induktif digunkan karena beberapa alasan, pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagaimana terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti – responden menjadi eksplisit, dapa dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan – keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif dapat lebih menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan – hubungan. Kelima, analisis induktif dapat memeperhitungkan nilai – nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.
Bacon dalam Erliana (2012:42) mengajukan tiga prinsip (selanjutnya disebut prinsip Bacon) untuk mencapai hakekat induktif yang meliputi:
1)    Tabulasi/pencatatan ciri-ciri positif, yaitu pencatatan mengenai apa yang terjadi dalam suatu kondisi.
2)    Tabulasi dan pencatatan ciri-ciri negative, yaitu pencatatan pada kondisi-kondisi mana suatu kejadian tidak timbul.
3)    Tabulasi dan pencatatan variasi kondisi yaitu pencatatan ada-tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi-kondisi yang berubah-ubah.
Untuk memudahkan pengumpulan data penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.



1.     Wawancara (interview)
Nazir (2011:193) mendefinisikan
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab dengan bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara.
   Pada umumnya wawancara dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam menurut Erliana (2012:84), yaitu:
1)    Terstruktur yaitu membuat secara tepat dan terinci semua pernyataan dan urutan penyampean pertanyaan
2)    Semi terstruktur yaitu gabungan pertanyaan yang sudah ditentukan dengan pertanyaan bebas
3)    Tidak terstruktur yaitu berisi garis besar pertanyaan yang akan diajukan.Ada kebebasan bagi pewawancara maupun responden
Adapun informan yang akan diwawancarai dalam pelaksanaan penelitian adalah:
a.    Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang
b.    Camat Pasrujambe
c.    Ketua kelompok PRIMATANI
2.    Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:274) metode Dokumentasi yaitu:
Mencari data mengenai hal – hal atau variable yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati adalah benda  mati.
Dokumen yang ditelaah akan dilihat dari kantor kecamatan Pasrujambe dan lahan pertanian kelompok Primatani Kabupaten Lumajang.
2.2  Teknik Analisa Data
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
Kegiatan dalam menganalisis data dilakukan setelah data dikumpulkan dari seluruh sumber data. Data mentah tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan variabel maupun jenis responden. Semua masalah harus dicari sebab-sebab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis. Fakta-fakta yang mendukung tidak dibiarkan mentah saja, tapi dianalisa secara cermat.
Menuru Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012:246) menjelaskan bahwa adapun lanagkah-langkah dalam menganalisis data ada tiga langkah, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verificataion.
1.    Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Lamanya penelitian berpengaruh terhadap banyaknya jumlah data. Dengan mereduksi data maka akan didapat gambaran yang lebih jelas dan mempermudah dalam pengumpulan data laporan.
2.    Data Display (Penyajian Data)
Dalam penyajian data adalah dapat diperoleh dalam bentuk table sebagai gambaran secara menyeluruh dan dapat terorganisasikan yang tersusun dalam pola hubungan, sehingga mempermudah dalam memahami data dan menarik kesimpulan.
3.    Conclusing Drawing (Verivication)
Data yang diperoleh kemudian ditarik kesimpulan dengan menghubungkan dan membandingkan antara teori yang didapat dengan permasalahan yang ada, namun permasalahan dimungkinkan akan terus berkembang sejalan dengan penelitian yang dilakukan. Oleh Karena itu kesimpulan terus diverivikasi sepanjang dilakukannya penelitian.

2.3  Tempat dan Waktu Kegiatan Magang
2.3.1    Tempat Magang
Tempat yang dijadikan penulis dalam melakukan penyusunan laporan akhir sekaligus magang adalah kecamatan pasrujambe Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur.
2.3.2    Waktu Magang
Sesuai dengan Kalender Akademik IPDN Tahun Ajaran 2013/2014 kegiatan magang ini dilakukan selama 30 hari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar